Sabtu, 31 Juli 2021

AKSI NYATA MODUL 1.4 PENERAPAN BUDAYA POSITIF

 .     Latar Belakang


Budaya positif di sekolah merupakan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan,Budaya positif tidak lepas dari disiplin positif yang juga merupakan bagian dari kegiatan sekolah.  Penerapan budya positif tidaklah lepas dari penerapapan nilai –nilai karakter kepada peserta didik. Nilkai karekter ini seperti nilai kesopanan, disiplin,tanggung jawab, saling menghargai dan toleransi dengan sesama. Keadaan yang ada di lapangan / sekolah secara  umum kesadaran pribadi dalam penerapan disiplin masih berdasarkan motivasi yang berasal dari luar atau ekstrinsik. Artinya masih melihat adanya pemberian hadiah ataupun sanksi apabila tidak melaksanakan. Kondisi di lingkungan sekolah Masih belum maksimalnya peran atau kontrol guru dalam tataran kemampuan mamanage siswa.Untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Penerapan  budaya positif masih harus di tingkatkan. Disamping Kurangnya keasadaran murid sebagai pribadi yang memiliki rasa empati dan berbudaya positif.  Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan suatu pembiasaan yang akan dapat membantu dalam mewujudkan menumbuhkan budaya positif.


2.     Deskripsi Aksi Nyata

Dalam penerpan budaya positif bagi seorang CGP tentunya di mulai dari diri terlebih dahulu baru kemudian menularkan pada rekan sejawat, kepala sekolah dan lingkungan komuitas yang ada di sekolah. Adanya dukungan dan kerjasama dalam penerapan ini sangat dibutuhkan terlebih dalam pelaksanaan penerapan pembiasaan positif. 

Pembiasaan positif  ini tentunya  akan membudaya dan berakar. Sehingga budaya tersebut dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif sekolah. 

Disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak untuk melakukan sesuatu tanpa sogokan, ancaman, maupun hukuman.

Ketika disiplin mulai tertata maka akan dengan mudah dalam pembentukan budaya positif. Sebab budaya positif ada dikarenakan semua pihak sadar akan pentingnya sebuah aturan pembiasaan positif yang di mulai dari diri masing-masing individu.

Budaya positif yang dapat diterapkan seperti religi, disiplin, sopan santun dan toleransi antar sesama. Hal ini terkait dengan nilai-nilai Pofil pelajar Pancasila diantaranya: Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, berkebhinekaan dan gotong royong. Nilai –nilai ini akan menjadi dasar pembiasaan positif dan akan mengikuti penanaman nilai karakter.

Seluruh warga sekolah saling bersinergi  dalam penerapan budaya positif  dan bersama-sama dalam mewujudkan tercapainya visi sekolah.memaknai nilai dan peran seorang Calon Guru penggerak  untuk membangun profil pelajar pancasila maka seorang CGP harus dapat mengembangkan diri berupa nilai: mandiri, berpihak pada murid ,inovatif, reflektif, dan kolaboratif. Sementara adapun peran yang dikembangkan yakni: menjadi pemimpin pembelajar,, menggerakkan komunitas praktisi , menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaboratif dan mewujudkan kepemimpinan moral.

Didalam pencapaian profil pelajar pancasila tentunya tidak lepas dari filosofi pembelajaran dari KI Hajar Dewantara yakni  menuntun segala kekuatan kodrat alam dan kodarat zaman yang ada pada anak dan dapat memperbaiki lakunya selaras dengan budi (cipta-rasa-karsa) dan pekerti.

Didalam menularkan kebiasaan baik dan membangun budaya positif  sebagai seorang CGP hendaknya memulai dari diri terlebih dahulu. Meempertahankan apa yang sudah menjadi budaya baik di sekolah. Kemudian mencoba memunculkan kekuatan, dan menyamarkan hal-hal yang bersifat stagnan. Dengan demikian diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan.Melakukan kolaborasi dalam membentuk karakter baik dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah. Dimulai dari kelas,yang diajar atau mulai dengan mata pelajaran yang diampu. Kelas merupakan miniature sekolah sehingga mulai dari kelaslah berusaha menerapkan budi pekerti serta berdisiplin positif.

Penerapan budaya positif di sekolah dapat ditempuh dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan literasi sekolah, imtaq maupun pembiasan di dalam kelas, sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar. Menerapkan dan membiasakan komunikasi dua arah pada seluruh warga sekolah. Dampak yang ingin dilihat adalah kesadaran disiplin positif dan dapat membangun budaya positif pada murid.Kegiatan ini diawali dari peran guru dalam membudayakan disiplin positif dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.

Adapun Budaya positif yang sudah ada di sekolah kami selain 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) juga ada pembiasaan shalat dhuha yang saling menguatkan untuk selalu bersinergi, berkolaborasi dan religius. 

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

1.   Sosialisasi Budaya positif kepada semua pemangku kepentingan di sekolah

2.   Melakukan kolborasi dengan teman sejawat dan komunitas sekolah dalam rangka membangun budaya positif di kelas dan di sekolah

3.   Memfasilitasi kesepakatan di kelas dan kesepakatan sekolah

4.   Merefleksi kegiatan dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah

Aksi nyata yang dilakukan  ini dalam rangka meningkatkan pembiasaan atau  budaya positif yang sudah ada disekolah dan menumbuhkembangkan budaya yang belum ada. Keterlibatan semua warga sekolah dalam melestarikan dan menjaga hal yang positif untuk terus mengakar dan menyeluruh pada semua warga sekolah. Pengimbasan pada murid dengan memberi motivasi dan dukungan oleh guru pengampu di setiap mata pelajaran serta kerjasama dengan wali kelas dalam penerapan budaya positif di masing-masing kelas.

Dalam penerapan budaya positif diperlukan kolaborasi antar teman sejawat termasuk wali kelas, kepala sekolah dan administrasi sekolah. Kegiatan ini tidak bisa berjalan dengan sendiri namun di butuhkan kerajasama denga seluruh warga sekolah akan sangat mendukung didalam kelancaran pengimplementasian budaya positif sekolah. Demikian juga  dengan kesepakatan di kelas dalam lingkup guru mata pelajaran.

Kesepakatan kelas merupakan kontrak belajar yang disepakati oleh guru dan siswa di dalam kelas seriap awal pertemuan atau awal tahun pelajaran.Adapun langkah yang ditempuh dalam kmenyusun kesepakatan kelas yakni; Memberikan pertanyaan pemantik,kepada peserta didik  dimana dalam pertanyaan itu akan muncul harapan-harapan yang diimpikan peserta didik dalam proses pembelajaran.Jawaban dari peserta didik di tuliskan dalam lembaran kertas jawaban.

Hasil tanggapan dari siswa akan direspon kembali oleh peserta didik yang akan menjadi draft kesepakatan kelas. Guru sebagai kontrol kelas mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tulist dapat diwujudkan. Guru dan siswa be kerjasama dalam menentukan formula dari kesepakatan kelas sehingga dapat memudahkan semua pihak dalam pelaksanaannya.

3.     Hasil dari Aksi Nyata


Pada kegiatan awal pembelajaran dilakukan kontrak belajar atau kesepakatan kelas dengan tujuan untuk menyepakati hal –hal ynag berkaitan dengan bagaimana pembelajaran di kelas, pembelajaran apa yag diinginkan siswa, apa yang kan dilakukan siswa agar terwujud suasana kels seperti yang di harapkan atau di impikan. Draft kesepakatan ini kemudian mulai disusun untuk kemudian disepakati bersama.Umpan balik yang positif dari siswa dan warga sekolah menanggapi kesepakatan kelas  tersebut.


Tantangan dalam menerapkan budaya positif, adalah menghadapi murid yang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda, karakteristik yang berbeda dan memiliki pembiasaan di lingkungan di rumah berbeda pula. Disamping itu pengaruh lingkungan social kehidupan masyarakat disekitarnya. Heterogenitas pada peserta didik tersebut yang menjadikan karakter dan pembiasaan positif yang beragam sehingga membentuk kebiasaan positif sekolah dengan tetap menonjolkan hal-hal positif yang sudah ada.

Tantangannya yang juga di hadapi adalah ketika ada peserta didik yang enggan berkomentar atau melakukan komentar namun asal ngomong. Ada juga yang tidak memberikan respon meski respon terhadap teman sendiri. 


Respon positif dari peserta didik merasa senang dan apresiatif, mereka bersemangat melakukan perubahan aturan-aturan kelas. Semangat dalam menyepakati draft kesepakatan kelas karena berasal dari motivasi intrinsik untuk menjadi lebih baik.

4.     Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Proses kegiatan aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan rancangan karena terbentur dengan agenda dan kelender Pendidikan dimana pada masa bulan target pelaksanaan aksi nyata adalah diwaktu libur.

Jika budaya positif terlaksana dengan baik, hal baik yang akan muncul adalah ditandai dengan kebiasaan komunikasi dua arah antar semua pemangku kepentingan. Rencana yang awalnya sekolah akan mulai dibuka, ternyata PSBB diperpanjang karena kasus pandemic covid -19 masih tinggi. Sehingga rencana tindakan aksi nyata tidak sesuai seratus persen dengan rancangan dan fakta yg dihadapi. Jadi proses sosialisasi dan pemberian feedback serta pembiasaan positif dilakukan dengan keterbatasan dalam jaringan. Walau sharing dan kolaborasi tidak bisa terlaksana dengan baik hanya mendapatkan feedback berupa angket yang di sebar via google form, aksi nyata ini sedikit banyaknya mendapatkan masukan dari guru-guru yang memberikan aspirasi nya melalui angket yang disebar melalui online.

5.     Rencana Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Rancangan aksi nyata ini akan diteruskan untuk menyambut tahun ajaran baru, kolaborasi membuat kesepakatan kelas yang berpusat pada murid dengan beberapa konten atau isi berisi aspirasi peserta didik. Tahapan refleksi akhir semester akan dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya. Dengan mengagendakan kegiatan sharing dan kolaborasi Bersama antar guru mata pelajaran, walaupun dalam jaringan atau online.

Mengagendakan untuk mensosialisasikan budaya positif kepada semua pemangku kepentingan. Mengimbaskan disiplin positif pada peserta didik, dan membiasakan selalu komunikasi dua arah dengan peserta didik. Pembiasaan meminta aspirasi dari peserta didik. Dan membiasakan memberi apresiasi terhadap kemajuan dan perkembangan peserta didik atas pencapaiannya membudayakan budaya positif.

Perubahan yang akan dilakukan, mulai dari diri sendiri membudayakan 5 S, dan menerapkan kedisiplinan dengan cara berkomunikasi dengan siswa secara dua arah. Menerima dan memberikan aspirasi murid merdeka dalam menentukan daftar kesepakatan belajar bersama. Dengan kontrol guru, semua menyepakati poin-poin kesepakatan dan di tandatangani oleh masing-masing. Melakukan refleksi bersama atas kesepakatan yang diberlakukan. Perubahan yang diharapkan akan dirasakan, mampu berempati kepada siswa, karena lebih banyak mendengar daripada menginstruksikan, lebih banyak menerima aspirasi ketimbang arahan-arahan yang tidak efektif.


6.     Dokumentasi

Proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto












Berikut hasil kesepakatan kelas yang dibuat bersama guru di awal pembelajaran


Kesepakatan Kelas VII A:

1. Belajar tepat waktu

2. Tidak membuang sampah sembarangan.

3. Selalu menjaga kebersihan kelas.

4. Tidak keluar masuk kelas kecuali ada hal yang penting.

5. Mencari guru apabila guru belum datang pada saat belajar sudah waktunya

6. Menyelesaikan tugas yang diberikan.

7. Tidak ngobrol di dalam kelas pada saat guru sedang mengajar.

8. Tidak mengolok teman.

9. Tidak makan di dalam kelas.

10. Tidak mencoret meja, bangku dan tembok


Proofreeding Sebelum Menerbitkan Tulisan

    Pertemuan ke 12 BM 26 Narasumber                  : Susanto,S.Pd Moderator                    : Nur Dwi Yanti   Proofreeding  ...