Resume pertemuan ke -20
Narasumber : Edi S. Mulyanta
Moderator : Rosminiyati
Menguak
Dapur Penerbit Mayor
Malam ke -20 ini dibersmai oleh
moderator hebat ibu Rosminiyati dan bapak EDI S. Mulyanta
y7ang juga tidak kalah hebat prestasi-prestasinya, beliau
dari penerbit Mayor yang membersamai kita sebagai
narasumber.
Didalam kegiatan belajar menulis ini
tentunya untuk mendapatkan sertifkat mesti telah menye;esaikan minimal 20
resume yang nantinay akan diterbitkan
menjadi sebuah buku dan pertemuan ke 21 sampai 30 merupakan pekengkapnya.
Ketika kita sudah memiliki naskah rtentunya memiliki keinginan untuk
diterbitkan menjadi sebuah buku, akan ke penerbit manakah kikta apakah penerbit
Mayor atau kah penerbit yang lain.
Masa pandemic Covid ’19 sangat terasa
dalam 2 tahun bagi industri perdagangan buku, kelesuan terjadi di bidang ini bahkan omzet penjualan yang
menurun secara drastic. Namun kelesuan ini mulai bangkit di awal tahun 2022.
Toko buku saat ini sudah mulai kembali
menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini
sekolah maupun kampus. Sementara tema
buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti
buku Anak, Buku Motivasi dan Agama,
Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di
setiap toko buku di Indonesia.Namun yang
menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta
pembiayaan produksi buku yang cukup besar nilainya dalam sebuah proyek terbitan
satu judul buku.
Begitu besar semangat untuk menulis di
Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Biasanya ISBN tersedia dan dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini
menjadi nomor mewah. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan
menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah
tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang
perbukuan 2017.
Manfaat ISBN :
Yang memicu kelangkaan ISBN adalahah
poin 5,yang pada dasarnya bukan karena
kesalahan ekosistem penerbitan. Saat ini konsep penerbitan buku oleh pemerintah
kembali sesuai dengan Undang-undang
perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat.
Buku yang sebaiknya kita tulis adalah buku
yang sesuai dengan kompetensi serta minat kita. Saat ini Buku dengan Omzet
terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh
sekolah di Indonesia. Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar
yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Untuk Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet
utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional.
Penerbit mayor mempunya saluran
pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama
pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.
Naskah tulisan yang telah kita buat
dapat dipasarkan dengan semua tipe
tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Peluang kesempatank tetap
semangat menulis saat ini mulai bangkit karena pasar buku masih cukup menarik
mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari
peruntungannya.
Pemaparan dari narasumber cukup jelas
dan berisi, adapun yang dapat disimpulkan dari pemaparan narasumber sebagai berikut:
Penerbit merupakan lembaga yang mencari
profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi
misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku
yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya
ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.
Semoga bermanfaat dan naskah tulisan
peserta BM akan menghiasi rak-rak toko
buku dan tas-tas sekolah anak didik kita.
Rusmiyati
Gumi Sasak,1 Juli 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar